Salah satu rutinitas setelah sholat wajib berjamaah di Masjid Nabawi dan Masjidil Haraam adalah pelaksanaan sholat jenazah. Tidak seperti di Indonesia yang hanya sesekali saja. Pelaksanaanya sendiri biasanya sekitar 3-5 menit setelah selesai sholat fardhu berjamaah. Ada beberapa tips untuk pelaksanaan sholat ini.
1. Jangan pernah ditinggalkan
Walaupun menyolatkan jenazah adalah fardhu kifayah, namun ada satu hadits shahih yang menyebutkan bahwa Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth.
Sebesar apa satu qiroth itu? Ulama menafsirkan seperti sebesar Gunung Uhud di Madinah. Bisa terbayangkan besarnya kan? Apalagi jika melaksanakannya di Masjid Nabawi (yang memiliki keutamaan 1.000 kali keutamaannya) dan Masjidil Haram (yang memiliki keutamaan 100.000 kali) dibanding pelaksanaan di masjid biasa.
2. Perhatikan panggilan muadzinnya
Seperti kita tahu bahwa ada perbedaan bacaan sholat jenazah yang tergantung dari siapa yang disholatkan. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan panggilan muadzinnya sebelum sholat dilaksanakan.
Jika dikatakan ash-shalatu ‘alal mayyiti.. maka artinya panggilan salat jenazah untuk mayit laki-laki.
Jika dikatakan ash-shalatu ‘alal mayyitati.. artinya panggilan salat jenazah untuk mayit perempuan.
Jika dikatakan ash-sholatu ‘alat thifli artinya panggilan salat jenazah untuk mayit anak-anak.
Jika dikatakan ash-sholatu ‘alal amwat, artinya panggilan salat jenazah untuk mayit yang jumlahnya banyak.
3. Sholat sunnah ba’diyah dulu atau sholat jenazah dulu?
Keduanya diperbolehkan. Namun, sebaiknya (menurut penulis), sebaiknya sholat jenazah dulu, karena waktu 5 menit setelah salam terakhir sholat biasanya tidak cukup untuk dzikir dan sholat ba’diyah 2 rokaat. Sholat jenazah sangat singkat (hanya 4 kali takbir tanpa ruku dan sujud) sehingga sayang sekali jika kita tidak melaksanakannya, mumpung di Masjid Nabawi dan Masjidil Haraam.
4. Tidak ada seremonial sebelum sholat jenazah
Berbeda dengan pelaksanaan sholat jenazah di Saudi Arabia dengan di Indonesia. Di Saudi Arabia tidak ada kegiatan seremonialnya seperti sambutan-sambutan dari pihak keluarga.
5. Setelah takbir ketiga lebih lama…
Karena umumnya di Saudi Arabia menganut Mazhab Hambali, maka doa untuk jenazah dan kaum muslimin secara umum disatukan. Sedangkan bagi mazhab Syafi’i kedua doa itu dipisahkan oleh takbir ketiga. Dengan demikian, jangan heran jika pada waktu takbir ke empat, maka biasanya tidak lama kemudian langsung mengucapkan salaam.
6. Tidak ada doa bersama setelah sholat
Setelah sholat jenazah selesai pun tidak ada doa bersama, seperti yang biasa dilakukan di Indonesia. Jadi, begitu selesai mengucapkan salam dan menengok ke kanan (dan ke kiri), maka sholat dianggap sudah selesai.
Wallahua’lam bis sawaab..